Senin, 13 Oktober 2014

Pemberdayaan Orang Tua dan Keluarga

Tujuan keluarga dan sekolah dapat dipenuhi secara efektif oleh kedua lembaga jika bekerja bersama-saa, hal ini dapat dicapai dengan mengakui keluarga sebagai sumber daya dan bekerja untuk memberdayakan orang tua melalui konseling. (Kraus, 1998, p.14)
Model konseling keluarga yang mendukung workshop yang diuraikan dalam bab ini didasarkan pada (1984) model struktural minuchin yang menekankan pengembangan yang jelas, langsung dan komunikasi yang spesifik antara orang tua dan anak. Pendekatan ini telah dikembangkan oleh penulis dan seorang rekan (Fuhrman dan Chadwick, 1995) atas dasar pengalaman profesional mereka sebagai terapis keluarga di centro de terapia sistematica, santiago, chile. Kami menyebutnya model 'pemberdayaan keluarga' dan Tujuan bab ini adalah untuk mempersiapkan para guru untuk melakukan workshop orangtua menggunakan prespektif pencegahan didasarkan pada model ini.
Parenting  jauh lebih baik dari manajemen perilaku dan disiplin. Ini adalah kegembiraan melihat anak tumbuh, bukan hanya di fisik tetapi juga menjadi dewasa, menjadi independet, mengembangkan diri dan mengadopsi perilaku sehat yang membantu mereka berfungsi di masyarakat. Parenting juga  membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, ketertarikan pribadi, menghormati orang lain dan diri mereka sendiri dan cara-cara penanganan dan mengekspresikan emosi mereka. Orangtua perlu merasa yakin tentang apa yang mereka tawarkan dalam hal kebijaksanaan mereka sendiri dan intuisi.
Bab ini menguraikan pendekatan lokakarya untuk bekerja dengan keluarga yang mendorong orang tua untuk merefleksikan dan mengeksplorasi sikap  mereka dan anggota keluarga, untuk kehidupan keluarga. Ini melengkapi  pendekatan konseling individu dan kelompok yang  sudah digunakan di sekolah-sekolah (Kraus.1998). pendekataan ini dianggap bahwa pencarian individual untuk alternatif pola perilaku untuk keluarga adalah lebih valid dari pengenaan rekomendasi eksternal. Setiap keluarga perlu menemukan gaya sendiri, menurut keyakinan dan nilai-nilainya sendiri.
Dalam pelatihan guru sebagai fasilitator untuk lokakarya orangtua, perkembangan fleksibilitas, kepemimpinan dan penghormatan untuk keanekaragaman ditekankan. Guru pertama-tama harus memiliki kesmpatan untuk mempelajari keterampilan ini dalam pengalaman lokakarya di mana pemimpin akan model ramah, sikap tidak menghakimi terhadap semua peserta. guru juga harus melalui delapan sesi workshop orang tua dengan keluarga mereka sendiri sebelum mereka melakukan terhadap kelompok orang tua.
Hal ini bahkan berpotensi lebih memperkaya jika orang tua bekerja melalui setiap bagian dari lokakarya di rumah sendiri dan kemudian bertemu dengan sekelompok orangtua lain yang sedang mengikuti program yang sama. Dalam pertemuan ini, tanggung jawab guru adalah untuk memberikan orang tua  tempat di mana mereka akan belajar dari satu sama lain, berbagi pengalaman dan ide mereka dan menyediakan dan iklim emosional di mana peserta dapat mengekspresikan penderitaan dan kesulitan, kebahagiaan dan keberhasilan mereka.
Bagaimana berfungsi keluarga
Setiap manusia adalah bagian dari keluarga yang merupakan bagian dari sebuah keluarga besar, sebuah komunitas budaya, sebuah negara. Sebuah keluarga sebagai unit yang terdiri
lebih dari satu individu,dimana adanya keterbukaan, terus-menerus berinteraksi, sistem hirarki di mana setiap variasi dalam salah satu sub-sistem akan mempengaruhi fungsi keluarga tersebut(Hoffman, 1981).keluarga juga mempengaruhi perilaku dan perkembangan dari masing-masing anggotanya. Keluarga dapat memberikan cinta, kasih sayang dan kesempatan untuk pengembangan baik fisik dan psikologis. Keluarga juga dapat memberikan identitas melalui rasa memiliki dan memelihara ikatan keluarga. Identitas masing-masing anggota keluarga akan dibentuk oleh interaksi berkelanjutan karakteristik pribadi dan keluarga.
keluarga dalam Konteks sosial
Sangat penting untuk memahami keluarga dalam konteks sosial. Bronfenbrenner (1979) memberikan model ekologi fungsi keluarga yang menyoroti untuk berbagai tingkat pengaruh pada keluarga. Antara lain sebagai berikut :
- Microsystem,  merupakan keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan anak-anak
- mesosystem,  yang meliputi keluarga dan masyarakat di mana keluarga tinggal.
- exosystem yang terdiri dari faktor-faktor sosial yang lebih luas, seperti kualitas kesehatan, pendidikan dan sumber daya kesejahteraan sosial
- macrosystems yang meliputi sikap, keyakinan dan nilai-nilai yang melekat dalam masyarakat tertentu, yang semuanya mempengaruhi perkembangan keluarga.
Fungsi keluarga bukan hanya dipengaruhi oleh interaksi dalam Microsystem keluarga tetapi juga oleh interaksi dengan tingkat lain dari seluruh sistem sosial. Sebagai contoh, sebuah pernikahan yang kuat, keluarga mendukung, jaringan spritual yang kuat dan mendapatkan pekerjaan adalah faktor yang memprediksi apakah sebuah keluarga dapat mempertahankan tujuan dalam pendekatan tim, sedangkan sangat muda, dewasa, orang tua tunggal cenderung memiliki sedikit sumber daya yang mereka perlukan.
komunikasi keluarga
Senyum, sebuah kata atau diam adalah segala bentuk komunikasi yang memungkinkan terjadinya hubungan dalam  keluarga. Komunikasi keluarga adalah proses pengaruh timbal balik, suatu proses yang berkesinambungan di mana anggota keluarga secara bersamaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain. Komunikasi dapat terjadi melalui perilaku apapun di hadapan orang lain, termasuk kurangnya respon. Dengan demikian, tidak mungkin bagi anggota keluarga untuk tidak berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan untuk menentukan organisasi sosial keluarga dengan menganalisis pola komunikasi keluarga di antara berbagai sub-sistem. Komunikasi yang baik sangat penting untuk  hubungan yang sehat dan  menyenangkan antara anggota keluarga. Ini adalah daerah kompleks belajar bahwa banyak orang tua mengalami kesulitan menguasai (Snell-Putih, 1993). Bagaimana orang tua dapat yakin bahwa mereka mengirim pesan yang mereka inginkan? Pertama, mereka perlu menyadari bahwa bahasa tubuh mereka, nada suara dan tindakan harus mencerminkan pesan. Mereka juga harus memilih kata-kata dengan hati-hati. Mereka dapat menggunakan 'pesan saya untuk mengungkapkan perasaan mereka, yang sebaliknya mungkin sulit. Misalnya, 'aku  marah ketika Anda tidak mendengarkan saya', bukan, 'Anda adalah anak nakal untuk tidak mendengarkan aku'. Orangtua perlu memperhatikan perilaku anak-anak mereka untuk mendapatkan umpan balik tentang dampak dari pesan mereka.
Bagaimana para orang tua agar bisa berbicara dengan anak-anak? Anak-anak dan remaja merasa lebih mudah untuk berbicara dengan seseorang yang benar-benar mendengarkan. Untuk menjadi pendengar yang baik, orang tua harus berhenti dari apa yang mereka lakukan dan memberikan anak-anak perhatian penuh kepada mereka ketika mereka berbicara. Mereka harus membiarkan anak-anak tahu bahwa sudut pandang mereka dipahami dan mendorong mereka untuk berbicara secara terbuka tentang pendapat mereka, perasaan dan ide-ide. komponen lain dari komunikasi keluarga yang baik adalah bersikap tegas dan memiliki kepercayaan diri dalam mengekspresikan pendapat. Beberapa orang tua yang agresif, yang lain pasif atau manipulatif. Setelah mendengarkan anak-anak, orang tua dapat bersikap tegas dan membuat keputusan tanpa menyakiti anggota keluarga lainnya. Umumnya, ini melibatkan apa yang mereka inginkan atau merasa dan mengapa, dan kemudian jelas menyatakan keputusan atau tindakan yang telah mereka pilih.
Anggota keluarga perlu berkomunikasi untuk memecahkan masalah. Orang-orang memiliki kecenderungan alami untuk menutup komunikasi selama periode stres. Dalam beberapa keluarga, komunikasi tertutup adalah aturan, bukan pengecualian. Sistem tertutup ini diperthankan  dengan berteriak, menyalahkan atau lebih menakutkan, oleh keheningan (Golden, 1993). Sebuah pendekatan pendidikan dapat membantu meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Namun, pola komunikasi yang terganggu mengindikasikan kebutuhan untuk terapi keluarga. Lokakarya dijelaskan di sini tidak dimaksudkan sebagai terapi tetapi sebagai pengalaman pendidikan bagi orang tua untuk merefleksikan sebuah pemberdayaan bagi keluarga mereka sendiri.
Ketika orang tua memegang posisi eksekutif di keluarga, anak-anak diberikan kebebasan berdasarkan tanggung jawab mereka. Namun, beberapa orang tua menyerah pada authorithy terlalu cepat, sering dengan harapan menghindari konflik dengan anak, atau karena mereka tidak punya kesabran atau sensitivitas untuk menangani batas pengaturan. Kebanyakan anak dari keluarga ini tidak mengembangkan kontrol diri dan, saat mereka tumbuh, menjadi lebih sulit untuk dibimbing.
Guru dapat membantu orang tua membangun autoritas  dengan beberapa cara:
- Dengan meminta mereka untuk merefleksikan dan menetapkan tujuan keluarga
- Dengan mendukung dan mengekspresikan kepercayaan orang tua dalam pengambilan keputusan

- Dengan menunjukkan banyak peran orang tua yang berbeda yang dapat diambil         

Keimanan dan Ketakwaan

. Keimanan   
Alqur’an dan Al-Hadits menjelaskan tentang iman dan takwa. Ayat- ayat Alqur’an yang dimaksud diantarnya tertera pada Surat Al-Anfal ayat 2-4.
            Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa orang yag beriman adalah orang yang memiliki keyakinan yang kokoh dan mendalam akan kemahaagungan dan kemahakuasaan Allah.
Raha AK (2000:75), mengemukakan unsur-unsur pokok iman itu ada 3 yaitu :
  1. Hal yang berkaitan dengan keyakinan
  2. Hal yang berkaitan dengan ucapan atau lisan
  3. Hal yang berkaitan dengan perbuatan anggota tubuh
            -Perbuatan anggota tubuh yang berhubungan dengan diri sendiri
            -Perbuatan anggota tubuh yang berhubungan dengan orang lain
            - Perbuatan anggota tubuh yng berhubungan dengan orang banyak
Menurut Sayyid Sabiq (dalam Moh. Abdul Rathony,1974:16-22), bahwa pengertian keimanan atau akidah itu tersusun dari enam perkara yaitu :
1.      Ma’rifat kepada Allah SWT, ma’rifat dengan nama – nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi juga ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta atau di dunia ini.
Atas dasar uraian tersebut di atas, maka seorang mu’min akan selalu mentauhidkan Allah. Secara garis besar tauhid terbagi menjadi empat yaitu :
            a. Tauhid al-Rububiyah
            b. Tauhid al-Asma wa al-sifat
            c. Tauhid al-ibadah
            d. Tauhid al-Isti’anah
2.      Ma’rifat kepada Malaikat Allah SWT. Hal ini dapat mengajak hati untuk mencontoh perilaku mereka yang serba bdijaaik dan terpuji.
3.      Ma’rifat kepada kitab-kitab Allah SWT. Hal ini dapat dijadikan untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan haram.
4.      Ma’rifat kepada rasul-rasul Allah SWT untuk menjadi pembimbing, petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak.
5.      Ma’rifat kepada hari akhir. Hal ini akan menjadi pembangkit yang terkuat untuk mengajak manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
6.      Ma’rifat kepada takdir. Hal ini akan memberikan bekal kekuatan dan kesanggupan kepada seseorang untuk menanggulangi segala macam rintangan, siksaaan, kesengsaraan dan kesukaran
Orang yang beriman dalam kehidupannya akan menampilkan perilaku sebagai berikut:
1.      Jihad
2.      Menghukum atau menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya dengan menggunakan hukum Allah dan rasul-Nya
3.      Ridhlo atas segala musibah yang menimpanya
4.      Sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
5.      Mencintai sesama muslim
6.      Rajin dan sungguh-sungguh dalam segala usahanya
7.      Berbudi pekerti yang baik
8.      Mencegah dan menghindarkan diri dari segala perbuatan yang buruk, baik pada dirinya maupun pada keluarga dan masyarakat
9.      Selalu membantu orang miskin dan anak yatim
Buah iman atau dampak keimanan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya sebagai berikut:
  1. Iman mengajarkan dan memberikan keyakinan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, Esa dan bersifat dengan segala sifat-Nya yang Maha Sempurna. Pengajaran dan keyakinan ini membuahkan:
a.       Kemerdekaan dan kebebasan jiwa manusia dari pengaruh kekuatan, kehebatan, kebesaran benda-benda, makhluk-makhluk yang ada di alam semesta ini.
b.      Keberanian dan keinginan untuk terus maju membela dan mempertahankan kebenaran.
c.       Sabar dalam menerima segala ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan kepadnya.
2.      Iman mengajarkan dan meyakinkan kepada manusia bahwa:
a.       Manusia adalah makhluk yang memiliki bentuk yang paling baik
b.      Manusia adalah makhluk yang termulia
c.       Manusia adalah makhluk terpercaya
d.      Manusia adalah makhluk terpintar
e.       Manusia adalah makhluk yang tersayang
            Iman mengajarkan dan memberikan keyakinan kepda manusia, bahwa segl sikap dan tindakannya selalu diawasi dan dicatat dengan cermat oleh Allah. Pengajaran dan keyakinan iman akan menumbuhkan sikap :
  1. Berhati-hati sekali dalam melakukan aktivitasnya
  2. Melaksanakan semua perintah Allah dan Rasul-Nya dengan sebaik-baiknyadan dengan segala daya kemampuan yang ada padanya, demikian juga dengan menghindarkan segala larangan-Nya
  3. Selalu waspada.
Abu A’la al-Madudi menyebutkan bahwa akidah tauhid dapat memberi pengaruh kepada manusia sebagai berikut :
  1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik
  2. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
  3. Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat
  4. Membentu manusia menjadi jujur dan adil
  5. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi
  6. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme
  7. Menanmkan sifat kesatria, semangat dan berani
  8. Menciptakan sikap hidup damai dan ridho
  9. Membentuk manusia menjadi patuh,taat dan disipli menjalankan peraturan ilahi
B. Ketakwaan
Beberapa Ayat Al-qur’an dan Al-Hadits menjelaskan tentang taqwa, diantaranya tertera dalam surat Lukman ayat 14.
Sifat takwa dikelompokkan kedalam beberapa kategori atau indikator ketakwaan antara lain :
1.      Iman kepada Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah dan para nabi Allah
2.      Mengeluarkan harta yang dicintiainya kepada kerabat,anak yatim,orang-orang miskin, orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang meminta-minta, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menunaikan kewajiban, memerdekakan hamba sahaya.
3.      Mendirikan shalat dan menunaikan zakat
4.      Menyempurnakan janjinya  apabila ia berjanji
5.      Bersabar pada waktu mendapat musibah dan tantangan
Kategori-kategori takwa yang diungkapkan diatas pada dasarnya dapat disarikan dalam dua kelompok yaitu:
  1. Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertikal dengan Allah SWT yang diwujudkan melalui i’tikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan ibadah dan keputusan terhadap ketentuan dan aturan yang dibuat-Nya.
  2. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang kepada sesama umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan yaitu:
a.       Berbakti kepada kedua orang tua
b.      Menyayangi keluarga
c.       Tolong menolong sesama teman, karib kerabat dalam kebaikan, mencintai dan membenci karena Allah, dan berteman pun karena Allah. 

Supervisi Pendidikan

Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas layanan belajar. Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu hasil belajarnya. Pelaksanaan supervisor, apakah yang melaksanakan adalah pengawas sekolah, penilik, atau kepala sekolah seharusnya berlandaskan kepada prinsip-prinsip supervisi.
1.      Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Berikut ini merupakan prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan dalam supervisi pendidikan yang meliputi:
a.       Ilmiah, artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan dilaksanakan harus sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
b.      Kooperatif, program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama antar supervisor dengan orang yang disupervisi. Dalam hal ini supervisor hendaknya dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan masyarakat sekolah yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.
c.       Konstrukti dan kreatif, membina para guru untuk selalu mengambil inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
d.      Realistik, pelakasanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan memperhatikan segala sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan kondisi yang obyektif.
e.       Progresif, setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari ukuran dan perhatian. Artinya apakah yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan pembelajaran yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar mengajar.
f.       Inovatif, program supervisi pendidikan selalu melakukan perubahan dengan penemuan-penemuan baru dalam rangka perbaikan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.
Dari prinsip tersebut dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi dilingkungan pendidikan ialah bagimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data dan fakta yang obyektif.
Pelakasanaan supervisi pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Dengan cara memahami dan menguasai dengan seksama tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidikan profesional yang harus melaksanakan kegiatan pengajaran dan pendidikan. Jika sikap supervisor memaksakan kehendak, menakut-nakuti, perilaku negatif lainnya, maka akan menutup kreativitas bagi guru. Jika sikap supervisor hanya seperti itu, maka ia belum mengetahui tugas pokok fungsi sebagai seorang seorang supervisor.
2.       Fungsi dan Peranan Supervisi
Peranan pengawas sekolah/madrasah menurut Wiles & Bondi (2007), “The role of the supervisor is to help teachers and other education leaders understand issues and make wise decisions affecting student education.” Bertitik tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peranan pengawas sekolah/madrasah adalah membantu guru-guru dan pemimpin-pemimpin pendidikan untuk memahami isu-isu dan membuat keputusan yang bijak yang mempengaruhi pendidikan siswa. Untuk membantu guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta meningkatkan prestasi belajar siswa.
Fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai layanan atau bantuan kepada guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar. Konsep supervisi sebenarnya diarahkan kepada pembinaan. Artinya kepala sekolah, guru dan para personel lainnya di sekolah diberi fasilitas untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Menurut Anwar dan Sagala Supervisor mempunyai fungsi-fungsi utama, antara lain:
a.       Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi.
b.      Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha mensurvai seluruh sistem yang ada.
c.       Memberikan solusi terhadap hasil inspeksi yang telah di survai
d.      Penilaian
e.       Latihan
f.       Pembinaan atau pengembangan.
Dilihat dari fungsi yang telah ada, tampak jelas peranan supervisi pendidikan. Peranan supervisi dapat dikemukakan oleh berbagai pendapat para ahli yang menyimpulkan tetang tugas dan fungsi supervisor:
a.       Koordinator, sebagai koordinator supervisor dapat mengkoordinasi program-program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru.
b.      Konsultan, sebagai konsultan supervisor dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara kelompok.
c.       Pemimpin kelompok, supervisor dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru secara bersama-sama.
d.      Evaluator, supervisor dapat membantu guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.
Permasalahan yang terjadi dilapangan ternyata unjuk kinerja yang harus dilakukan oleh para supervisor adalah merubah pola lama dan supervisi menjadi tidak bermakna. Ketidak bermaknaan tersebut disebabkan oleh:
a.       Supervisi disamakan dengan kontroling atau pekerjaan pengawas. Supervisor lebih banyak mengawasi dari pada berbagi ide untuk menyelesaikan permasalahan. Akibatnya guru menjadi takut jika untuk diawasi dan dievaluasi.
b.      Kepentingan dan kebutuhan supervisi bukannya datang dari para guru, melainkan supervisor sendiri menjalankan tugasnya.
c.       Supervisor kurang memahami apa yang menjadi tugasnya, sedangkan guru tidak tanggap dengan permasalahannya.
d.      Secara umum, guru tidak suka disupervisi walaupun hal itu merupakan bagian dari proses pendidikan.

Dampak penyebab di atas peran supervisi dalam organisasi lembaga pendidikan menjadi lemah, kurang efisien dan efektif. Artinya tidak hanya dari satu pihak saja yang diberikan beban ketidakberhasilan sebuah pendidikan. Kinerja supervisi juga harus dilakukan dengan profesional dan kompeten serta mempunyai visi misi yang luas untuk memperbaiki dan membantu para guru.

Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan ketiga terdiri dair sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri dari sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijakan oleh tingkat manajemen.
Definisi Sistem Informasi Manajemen   
Sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Konsep Dasar Informasi                                                                  
Terdapat beberapa definisi antara lain :
1.      Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
2.      Sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian.
Fungsi / Manfaat Sistem Informasi Manajemen
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis.
Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Beberapa manfaat atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
2.      Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
3.      Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4.      Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
5.      Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
6.      Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
7.      Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam sistem informasi manajemen adalah :
1.      Perlu diidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan
2.      Perlu ditentukan sumber data dan informasi yang dibutuhkan
3.      Perlu ditentukan siapa yang membutuhkan informasi dan kapan
4.      Perlu dikomunikasikan informasi itu secara tepat, terpercaya, kepada para pengguna
Ada beberapa persyaratan agar informasi yang dibutuhkan itu dapat berfungsi, bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan pengguna lainnya yaitu :
1.      Unifornity
2.      Lengkap
3.      Jelas
4.      Tepat waktu.  
Konsep sistem informasi manajemen memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1.      Dalam sutu organisasi terdapat satu bagian khusus sebagai pengelola SIM
2.      SIM merupakan jalinan lalu lintas data dan informasi dari setiap bagian di dalam organisasi yang terpusat
3.      SIM merupakan jalinan hubungan antar bagian dalam organisasi melalui satuu bagian SIM
4.      SIM merupakan segenap proses yang mencakup pengumpulan data, pengolahan data,penyimpanan data, pengambilan data dan penyebaran informasi dengan cepat dan tepat.

5.      SIM bertujuan agar para pelaksana dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar serta pimpinan dapat membuat keputusan dengan cepat dan tepat.

Pemasaran Pendidikan

Penggunaan istilah pemasaran saat ini sudah sangat berkembang di semua sektor kegiatan kita. Jadi, dalam hal ini pemasaran pendidikan dapat diartikan sebagai bagaimana memuaskan konsumen atau pelanggan pendidikan dengan memakai dasar pemikiran yang logis, jika konsumen tidak puas berarti pemasaran tersebut gagal.
A.    Konsep Dasar Pemasaran Pendidikan
a.       Pasar, Pendidikan dan Sekolah
Persaingan di dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi, banyak lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa tahun ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan adminastor untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan lembaganya.
Adapun komponen kunci yang dapat dijadikan sebagai bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar. Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komuditas yang dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah proses transaksional untuk meningkaatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon konsumen sehingga calon konsumen menjadi tertarik untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan cara mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.
Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, apresiasi dan pembasaan manusia agar menjadi manusia yang artinya memanusiakan manusia. Sekolah merupakan salah satu kelembagaan satuan pendidikan.Walaupun kebanyakan orang sering mengidentikkan sekolah dengan pendidikan, pendidikan merupakan wahana perubahan peradaban manusia ketika membicarakan sistem pendidikan tidak cukup hanya membahas sistem persekolahan, sehingga untuk membicarakan pemasaran pendidikan pun sesungguhnya tidak cukup hanya dengan membahas terbatas pada pemasaran persekolahan. Karena paradigma pendidikan yang begitu universal tidak hanya dipandang secara terbatas pada sistem persekolahan.
Pendidikan merupakan produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang bersifat non profit, sehingga hasil dari proses pendidikan kasad mata. Untuk lebih mengenal lebih dalam dari pemasaran pendidikan maka harus mengenal lebih dahulu pengertian dan karakteristik pendidikan ada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan yang dapat laku dipasarkan ialah pendidikan seperti:
a.       Ada produk sebagai hasil komuditas
b.      Produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan
c.       Memiliki sasaran yang jelas
d.      Memiliki jaringan dan media
e.       Memiliki tenaga pemasaran.
1.      Pengertian dan Karakteristik Jasa Pendidikan
a.       Pengertian jasa pendidikan
Kotler, seorang ahli pemasaran mengemukakan pengertian jasa adalah setiap tindakan atau atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak pada pihak lainnya yang secara prinsip tidak terwujud dan tidak menyebabkan kepindahan kepemilikan. Selanjutnya Zaithaml dan Bitner memberikan definisi jasa adalah jasa pada dasarnya merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dan pengertian fisik, dikonsumsi, dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya.
Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan dinginkan melalui penciptaan penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh.
Bedasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan penguna jasa yang mempunyai sifat tidak mengakibatkan perpindahan hak atau kepemilikan.
b.      Karakteristik jasa pendidikan
Pendidikan merupakan produk yang berupa jasa, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Lebih bersifat tidak berwujud dari pada berwujud.
2)      Produksi dan konsumsi bersamaan waktu.
3)      Kurang memiliki standar dan keseragamaan.
Seperti yang dikemukakan oleh Dan Steinhoff “the raw material of services is people”, bahan baku untuk menghasilkan jasa ialah orang. Orang yang memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pepatah mengatakan bahwa tidak ada manusia yang memiliki persamaan bahkan anak kembar sekalipun. Hal itulah yang menjadikan dasar bahwa pelayanan jasa pendidikan antara satu dengan yang lainnya berbeda.
Dengan melihat karakteritik tersebut, jasa pendidikan diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal tersebut menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut terlaksana.
2.      Pengertian Pemasaran Pendidikan
Pemasaran atau marketing tidak diasumsikan dalam arti yang sempit yaitu penjualan akan tetapi markting memiliki pengertian yang sangat luas. Intinya penerapan marketing tidak hanya berorientasi ada peningkatan laba lembaga akan tetapi bagaimana menciptakan kepuasan bagi customer sebagai bentuk tanggung jawab kepada stakeholder atas mutu dari outputnya. Penerapan marketing di atas terlebih dahulu harus memperbaiki pondassi-pondasi, diantaranya perhatian pada kualitas yang ditawarkan, serta jeli melihat segmentasi dan penentuan sasaran.
Konsep marketing tidak berorientasi asal barang habis tanpa memperhatikan sesudah itu, berorientasi jangka panjang yang lebih menekankan pada kepuasan konsumen, dimana marketing itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan, memenuhi needs and wants dari konsumen.
Demikian halnya dengan pemasaran pendidikan, beberapa ahli memberikan pengertian diantaranya adalah: Kotler mengemukakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.
Khususnya dalam markeing pendidikan John R. Silber yang dikutip Buchari Alma menyatakan bahwa etika marketing dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan membentuk watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan sifatnya lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga negara, generasi penerus ilmuwan di kemudian hari.
Dalam membangun lembaga pendidikan, Brubacher menyatakan ada dua landasan filosofi yaitu landasan epistemologis, dimana lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengerti dunia sekelilingnya, memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang ada di masyarakat, dimana tujuan pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasaan politik adalah memikirkan kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa karena masyarakat kita begitu kompleks sehingga banyak masalah.
3.      Kepuasan Pelanggan Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwasanya penerapan marketing ini adalah untuk menciptakan kepuasan bagi pelanggan pendidikan. Ketika berbicara tentang kepuasan maka kita harus menyadari bahwa kepuasaan antara satu orang dengan orang yang lainnya berbeda, artinya kepuasan berurusan dengan beberapa hal.
Kata kepuasan berasal dari bahasa Latin “satis” (artiya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat), sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Jadi merupakan respons konsumen yang terpenuhi keinginannya, ada kemungkinan features barang atau jasa.
Dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, Kotler mengemukakan beberapa cara diantaranya adalah:
a.       Sistem keluhan dan saran
b.      Survey kepuasan pelanggan
c.       Pembeli bayangan
d.      Analisis pelanggan yang beralih.
Dalam konteks pendidikan kepuasan pelanggan dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :
1.      Karakteristik barang dan jasa : nama sekolah yang dikenal, staf pengajar yang kompeten, dan hubungan dengan lembaga luar
2.      Emosi pelanggan:  motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
3.      Atribut-atribut pendukung: Promosi di bidang jasa sekolah, lulusan yang dihasilkan, dan prestasi-prestasi yang dicapai
4.      Persepsi terhadap pelayanan penerimaan pelayanan oleh siswa
5.      Pelanggan lainnya: penyebarluasan informasi
6.      Manfaat Fungsional dan emosional
7.      Biaya Moneter, waktu, energi dan fisik
B.     Loyalitas Pelanggan Pendidikan
Loyalitas pelanggan adalah bahwa kesetiaan pelanggan diukur dengan frekuensi penggunaan kembali sebuah jasa. Kepuasan tersebut dapat juga diamati ketika pelanggan jasa menganjurkan atau bahkan mendesak orang lain untuk mengkonsumsi jasa tersebut. Jadi kesetiaan pelanggan dapat dilihat melalui prilaku pelanggan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, kepuasan pelanggan dalam konteks pendidikan dapat diamati pada prilaku siswa yang melakukan kegiatan rutin. Loyalitas lebih mengacu pada prilaku yang relatif stabil dalam jangka panjang dari unit-unit pengambil keputusan untuk melakukan kegiatan secara terus menerus terhadap program lembaga pendidikan yang dipilih.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh lembaga penddidikan jika memiliki siswa loyal adalah :
1.      Mengurangi biaya pemasaran
2.       Mengurangi biaya transaksi kontrak, pemrosesan pemesanan, dan lain-lain.
3.      Mengurangi biaya tern over konsumen
4.      Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar lembaga
5.      Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga berarti yang merasa puas
6.      Mengurangi biaya kegagalan
Keuntungan memiliki sejumlah siswa yang loyal terhadap lembaga pendidikan adalah memberikan citra bahwa jasa pendidikan yang ditawarakan tersebut dapat diterima dan dikenal oleh masyarakat luas, memiliki reputasi baik, dan sanggup untuk memberikan dukungan layanan dan peningkatan mutu pendidikan.

C.    Penerapan Pemasaran Pendidikan
Pemasaran pendidikan mempunyai 7 elemen pokok, yaitu :
1.      Product, merupakan hal yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi customer, merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada customer yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2.      Price, merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu produk baik, maka calon siswa berani membayar lebih tinggi apabila dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan pendidikan.
3.      Place, adalah letak lokasi sekolah mempunyai peran yang sangat penting, karena lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan.
4.      Promotion, merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, atau mengingaatkan pasar sasaran atas lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang di tawarkan oleh lembaga tersebut.
5.      People, ini menyangkut peran pemimpin dan civitas akademika dalam meningkatkan citra lembaga, dalam arti semakin berkualitas unsur pemimpin dan civitas akademika dalam melakukan pelayanan pendidikan maka akan meningkat jumlah pelanggan.
6.      Physical evidence, merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada pelanggannya.
7.      Process, ini adalah penyampaaian jasa pendidikan merupakan inti dari seluruh pendidikan, kualitas dari seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat pentin untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbentuk akan membentuk circle dalam merekrut pelanggan pendidikan.

D.    Langkah-Langkah Strategis Pemasaran Pendidikan
Di dalam pemasaran pendidikan terdapat beberapa langkah strategis, yaitu :
1.      Identifikasi pasar, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan ekspektasi pasar termasuk atribut-atribut pendidikan yang menjadi kepentingan konsumen pendidikan.
2.      Segmentasi pasar dan positioning, yaitu membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Sedangkan positioning adalah karakteristik dan pembedaan produk yang nyata yang memudahkan konsumen untuk membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
3.      Diferensiasi produk, melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam mencari perhatian pasar. Strategi ini adalah strategi yang memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor.
4.      Komunikasi pemasaran, yaitu publikasi prestasi oleh media independen, seperti berita dalam media massa.
5.      Pelayanan sekolah, hal ini terlihat sebagai apa yang diharapkan konsumen. Kesenjangan yang sering terjadi adalah adanya perbedaan persepsi kualitas dan atribut jasa pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi jasa, termasuk sekolah terdapat beberapa ciri organisasi jasa yang baik, yaitu memiliki :
a.       Konsep strategis yang memiliki fokus pada konsumen.
b.      Komitmen kualitas dari manajemen puncak.
c.       Penetapan standar yang tinggi.
d.      Sistem untuk memonitor kinerja jasa.
e.       Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan.
f.       Memuaskan karyawan sama engan pelanggan.
Terdapat lima langkah dalam rangka mencapai ciri-ciri di atas, yaitu :
1.      Keandalan merupakan kemamampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
2.      Responsif merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3.      Keyakinan merupakan pengetahuan dan kompetensi guru dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4.       Empati merupakan syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5.       Berujud merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
E.     Membuat Citra (Image) Baik Terhadap Pendidikan
Citra adalah impresi perasaan atau konsepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan, mengenai suatu objek, orang atau mengenai lembaga. Citra tidak dapat dicetak seperti mencetak barang, tetapi citra adalah kesan yang didapat sesuai dengan pengetahuan, pemahaman seseorang tentang sesuatu.
Citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga dapat membangun suatu sikap mental. Dan sikap mental inilah yang nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sebab citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Lembaga pendidikan dan lembaga non profit lainnya, mencari dana yang diperlukan untuk membiayai organisasi. Dana ini diperoleh dari orang-orang yang berhubungan dengan organisasi. Oleh sebab itu, agar lebih mudah mengalir maka perlu dibentuk citra yang baik terhadap organisasi.
Dengan demikian, lembaga pendidikan harus berusaha menciptakan citra positif di hati masyarakat, sehingga masyarakat dapat membuat keputusan untuk mendaftarkan putra-putri mereka masuk ke lembaga pendidikan tersebut. Pembentukan citra ini juga tidak dapat terbentuk secara cepat dan singkat, sebab masyarakat bersifat sesitif dan kritis. Citra negatif biasanya cepat terbentuk, namun citra positif memerlukan waktu yang lama. Oleh karenaa itu, lembaga pendidikan secara terus menerus membangun, membentuk dan mempertahankan citra yang psitif.
F.      Kesimpulan
Pemasaran pendidikan merupakan langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti ketatnya persaingan untuk memperoleh pelanggan. Bagi lembaga pendidikan yang telah memiliki image yang bagus di masyarakat seperti sekolah favorit, implementasi pemasaran pedidikan hanya membutuhkan plenning yang lebih menyempurnakan keeradaan sekolah tersebut dengan melakukan improvement quality yang berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari dunia pendidikan.
Pendidikan yang dapat dipasarkan adalah pendidikan yang memiliki produk sebagai komuditas, produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan, memiliki sasaran yang jelas, memiliki jaringan dan media, dan memiliki tenaga pemasar.
Pemasaran pendidikan dapat dilakukan melalui promosi, dengan tujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk sekolah, meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah, membedakan produk sekolah dengan produk sekolah lainnya, memberi penekanan nilai lebih yang diteria masyarakat atas produk yang ditawarkan, dan menstabilkan eksistensi dan kebermaknaan sekolah di masyarakat.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam promosi, yaitu komunikasi personal dan interpersonal, periklanan, promosi penjualan, publisitas/hubungan masyarakat, peralatan intruksional, dan corporate design.
Adapun penerapannya sendiri dalam pemasaran pendidikan terdapat beberaa elemen, yakni product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process.
Semua elemen di atas menjadi panduan dalam melakukan analisis untuk menciptakan strategi pemasaran yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh suatu lembaga. Penerapan dengan improvement quality secara berkesinambungan secara pasti akan meningkattkan posisi lembaga pada posisi yang diinginkan.
Adapun sebuah citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan oprasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga dapt membangun suatu sikap mental. Dan sikap mental inilah yang nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sebab citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Lembaga pendidikan dan lembaga non profit lainnya, mencari dana yang diperlukan untuk membiayai organisasi. Dana ini diperoleh dari orang-orang yang berhubungan dengan organisasi. Oleh sebab itu, agar lebih mudah mengalir maka perlu dibentuk citra yang baik terhadap organisasi.
Dengan demikian, intinya dengan adanya penerpan pemasaran pendidikan maka akan menciptakan budaya kualitas setiap segmen dan langkahnya, sehingga proses pendidikan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan menimbulkan kepuasan, sedangkan kepuasan dari pelanggan pendidikan akan mengantarkan lembaga tersebut pada citra yang lebih baik serta peningkatan peminat pendidikan, sehingga pendapatan pada lembaga menjadi meningkat juga.
G.    Daftar pustaka
·         Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan “Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah”, (Bandung: Pustaka Educa, 2010).

·         Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009).