Kamis, 31 Oktober 2013

Kajian Ayat Amar Ma'ruf Nahi Munkar

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Allah SWT mensifati umat Islam dalam Al-Qur’an sebagai umat yang terbaik karena menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. (Al-Imran [3] ayat 110) yang artinya :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Kebaikan Umat Islam ini diperkuat oleh Rasulullah saw.dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang ayat 110 surat Ali Imran: “Kamu melengkapi tujuh puluh umat, kamulah yang paling baik dan paling  mulia di sisi Allah.”
Kalau kita perhatikan susunan ayat di atas kita dapatkan bahwa penyebutan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar) didahulukan dari pada penyebutan iman kepada Allah, padahal iman kepada Allah merupakan derajat tertinggi dan lebih dahulu keberadaannya, bahkan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan konsekuensi iman kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya amar ma’ruf dan nahi munkar, dan umat yang melakukannya adalah umat yang terbaik, karena umat itu telah mencurahkan segala potensi dan kemampuannya untuk mewujudkan kebaikan dan mencegah timbulnya kejahatan bagi umat manusia.
Karena pentingnya amar ma’ruf dan nahi munkar, Allah SWT memerintahkan umat  Islam untuk melakukannya. Firman Allah SWT dalam surat (Al-Imran [3] ayat 104) yang artinya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Sebagai perintah Allah, sudah barang tentu jika dilaksanakan akan menyebabkan lahirnya berbagai macam kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, sebaliknya jika perintah ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan timbulnya keburukan baik di dunia maupun di akhirat.        
2.      Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan tafsir dalam kajian Al-Qura’an ini adalah:
a.       Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
b.      Untuk melatih sikap kritis dan penuh rasa ingin tahu
c.       Untuk  meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT
3.      Referensi Yang Digunakan
a.       Al-Qur’an terjemahan
b.      Buku program tutorial
Alasan penulis menggunakan referensi di atas karena referensi di atas sesuai dengan materi yang penulis butuhkan.
            

B.     KANDUNGAN AYAT
1.      Isi
Surat Ali Imran Ayat 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
2.      Terjemah
Q.S Al-Imran :104
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
3.      Tafsir
Firman Allah “wal takum minkum ummah” yakni adanya segolongan manusia yang bangkit untuk menjalankan perintah Allah yakni berjuang di jalan dakwah kepada kebaikan dan menyuruh mengerjakan perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
 Disamping itu, kewajiban yang disebut diatas adalah fardhu kifayah. Jika sudah ada suatu golongan yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lain-lainnya. Sabda Rasulullah: “siapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan menggunakan lisannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya (yakni tidak menyukai perbuatan tersebut)”. Dan sesungguhnya orang-orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar ini adalah orang-orang yang selamat.
Jika min dalam ayat di atas (minkum) adalah min bayaniyah, maka dakwah menjadi kewajiban setiap orang (individual), tapi jika min itu adalah min tab’idhiyyah (menyatakan sebagian) maka dakwah menjadi kewajiban secara kolektif atau secara organisatoris. Kedua perngertian itu dapat digunakan sekaligus. Untuk hal-hal yang mampu dilakukan secara individual, dakwah menjadi kewajiban individual (fardhu ‘ain), sedangkan untuk hal-hal yang bisa dilakukan secara kolektif, maka dakwah menjadi kewajiban kolektif atau secara organisatoris. Setiap orang wajib berdakwah, baik secara aktif maupun secara pasif. Secara pasif dalam arti diri dan kehidupannya dapat menjadi contoh hidup dari keluhuran dan keutamaan ajaran Islam.
4.      Asbabun Nuzul
Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu; Suku Aus dan Khazraj yang selalu bermusuhan turun-temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya Suku Aus; yakni kaum Anshar dan Suku Khazraj hidup berdampingan, secara damai dan penuh keakraban, suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat Suku Aus dengan Suku Khazraj duduk bersama dengan santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban  dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama Suku Aus dan Khazraj untuk menyinggung perang “Bu’ast” yang pernah terjadi antara Aus dengan Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya masing-masing,  saling caci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang mendengar perestiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka: Apakah kalian termakan fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan jahiliyah?. Setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpalukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Demikianlah asbabun nuzul Q.S. Ali Imran ayat 104.
5.       Ayat Al-Qur’an dan Hadist Pendukung
 Ayat Al-Qur’an Pendukung
Surat At-Taubah ayat 71
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâßDù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žzy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ  
71. dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Secara prinsipnya pengamal agama Islam dituntut untuk menyampaikan kebenaran dan melarang perkara-perkara yang tidak baik (mungkar). Hadis Rasulullah "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia ubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". (Hadis riwayat Muslim)
Prof Hamka berpendapat bahawa asas kepada amar ma'ruf adalah dengan cara mentauhidkan Allah dan asas nahi munkar adalah dengan mencegah syirik kepada Allah.
Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam ayat ini Allah menjelaskan, Ummat Islam adalah Ummat terbaik bagi segenap Ummat manusia. Ummat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia. Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia.  Ummat lain tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemunkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil- kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini digambarkan dalam ucapan Nabi Musa,
ÉQöqs)»tƒ (#qè=äz÷Š$# uÚöF{$# spy£s)ßJø9$# ÓÉL©9$# |=tGx. ª!$# öNä3s9 Ÿwur (#rs?ös? #n?tã ö/ä.Í$t/÷Šr& (#qç7Î=s)ZtFsù tûïÎŽÅ£»yz ÇËÊÈ   (#qä9$s% #ÓyqßJ»tƒ ¨bÎ) $pkŽÏù $YBöqs% tûïÍ$¬7y_ $¯RÎ)ur `s9 $ygn=äzô¯R 4Ó®Lym (#qã_ãøƒs $yg÷ZÏB bÎ*sù (#qã_ãøƒs $yg÷ZÏB $¯RÎ*sù šcqè=ÅzºyŠ ÇËËÈ   tA$s% ÈbŸxã_u z`ÏB tûïÏ%©!$# šcqèù$sƒs zNyè÷Rr& ª!$# $yJÍköŽn=tã (#qè=äz÷Š$# ãNÍköŽn=tã šU$t6ø9$# #sŒÎ*sù çnqßJçGù=yzyŠ öNä3¯RÎ*sù tbqç7Î=»xî 4 n?tãur «!$# (#þqè=©.uqtGsù bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÌÈ   (#qä9$s% #ÓyqßJ»tƒ $¯RÎ) `s9 !$ygn=äzô¯R #Yt/r& $¨B (#qãB#yŠ $ygŠÏù ( ó=ydøŒ$$sù |MRr& šš/uur IxÏG»s)sù $¯RÎ) $oYßg»yd šcrßÏè»s% ÇËÍÈ 
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (Surat Al-Maidah : 21-24)
Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
öNs9r& ts? n<Î) Z~yJø9$# .`ÏB ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) .`ÏB Ï÷èt/ #ÓyqãB øŒÎ) (#qä9$s% %cÓÉ<uZÏ9 ãNçl°; ô]yèö/$# $uZs9 $Z6Î=tB ö@ÏF»s)œR Îû È@Î6y «!$# ( tA$s% ö@yd óOçFøŠ|¡tã bÎ) |=ÏGà2 ãNà6øn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# žwr& (#qè=ÏG»s)è? ( (#qä9$s% $tBur !$uZs9 žwr& Ÿ@ÏG»s)çR Îû È@Î6y «!$# ôs%ur $oYô_̍÷zé& `ÏB $tR̍»tƒÏŠ $uZͬ!$oYö/r&ur ( $£Jn=sù |=ÏGä. ãNÎgøŠn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# (#öq©9uqs? žwÎ) WxŠÎ=s% óOßg÷ZÏiB 3 ª!$#ur 7OŠÎ=tæ šúüÏJÎ=»©à9$$Î/ ÇËÍÏÈ  
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim”. (Al-Baqarah:246).
Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan bagi mereka harta rampasan perang. Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak tawanan perang”. (Ibnu Taimiyah, Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyi  ‘Anil Munkar, hal 34.  Kitab ini telah diterjemahkan oleh al-Akh Abu Ihsan dengan judul yang sama, diterbitkan Pustaka at-Tibyan, Solo).
Demikianlah anugerah Allah kepada Ummat Islam. Dia menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah ,
tûïÏ%©!$# šcqãèÎ7­Ftƒ tAqߧ9$# ¢ÓÉ<¨Z9$# ¥_ÍhGW{$# Ï%©!$# ¼çmtRrßÅgs $¹/qçGõ3tB öNèdyYÏã Îû Ïp1uöq­G9$# È@ÅgUM}$#ur NèdããBù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ öNßg8pk÷]tƒur Ç`tã ̍x6YßJø9$# @Ïtäur ÞOßgs9 ÏM»t6Íh©Ü9$# ãPÌhptäur ÞOÎgøŠn=tæ y]Í´¯»t6yø9$# ßìŸÒtƒur öNßg÷Ztã öNèduŽñÀÎ) Ÿ@»n=øñF{$#ur ÓÉL©9$# ôMtR%x. óOÎgøŠn=tæ 4 šúïÏ%©!$$sù (#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ¨tãur çnrã|ÁtRur (#qãèt7¨?$#ur uqZ9$# üÏ%©!$# tAÌRé& ÿ¼çmyètB   y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÎÐÈ  
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Surat Al- A’raaf : 157).
Kemudian Allah menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi tugas utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan Ummat ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya,
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan Ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (Al-Imron:104)
Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik zaman ataupun tempat. Meliputi seluruh ummat dan bangsa, dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke seluruh belahan dunia. Tugas ini telah diemban Ummat Islam sejak masa Rasulullah sampai sekarang hingga hari kiamat nanti.
C.    KESIMPULAN dan SARAN
1.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan ayat yang dikaji, bahwa harus adanya beberapa dari segolongan orang muslim yang menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Jika ada suatu golongan yang melaksanakan, maka gugurlah kewajiban bagi golongan yang lainnya.
2. Kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar ini sesungguhnya adalah kewajiban asasi dalam Islam. Umat Islam wajib melakukan hal ini karena ia merupakan baju pelindung bagi syiar-syiar lainnya. Bagi siapa saja yang mau mempelajari Al-Quran dan As-Sunnah, akan menemukan perintah ini dikemukakan berulang-ulang. Ada yang diungkapkan dalam bentuk perintah, berita dan ada dalam bentuk ancaman. Banyaknya ayat dan hadis tentang masalah ini menunjukkan bahwa kewajiban itu lebih jelas dan terang dari terangnya sinar fajar. Allah SWT berfirman:
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah,” (Ali Imran: 110)
3 Tingkatan nahi munkar, diantaranya adalah memberi penerangan, melarang dengan memberi nasihat, melarang dengan kekerasan, kemudian melarang dengan kekuasaan.
2.      Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:
1.      Hendaknya setiap orang memiliki keinginan untuk menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Meskipun hanya satu ayat maka sampaikanlah.
2.      Senantiasalah sabar dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Karena dalam pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada suatu kendala.
3.      Sampaikanlah amar ma’ruf nahi munkar secara bertahap. Karena seseorang tidak dapat menerima begitu saja perintah dari seseorang.
4.      Yakinlah bahwa Allah SWT akan senantiasa membimbing kita ke jalan yang Insya Allah, Allah ridhoi.
















1 komentar: