A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Allah SWT mensifati umat Islam dalam Al-Qur’an sebagai umat
yang terbaik karena menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
(Al-Imran [3] ayat 110) yang artinya :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik”.
Kebaikan Umat Islam ini diperkuat oleh Rasulullah saw.dalam
haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda
tentang ayat 110 surat Ali Imran: “Kamu melengkapi tujuh puluh umat, kamulah
yang paling baik dan paling mulia di
sisi Allah.”
Kalau kita perhatikan susunan ayat di atas kita dapatkan
bahwa penyebutan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyuruh kepada yang baik dan
mencegah dari yang munkar) didahulukan dari pada penyebutan iman kepada Allah,
padahal iman kepada Allah merupakan derajat tertinggi dan lebih dahulu
keberadaannya, bahkan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan konsekuensi iman
kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya amar ma’ruf dan nahi
munkar, dan umat yang melakukannya adalah umat yang terbaik, karena umat itu
telah mencurahkan segala potensi dan kemampuannya untuk mewujudkan kebaikan dan
mencegah timbulnya kejahatan bagi umat manusia.
Karena pentingnya amar ma’ruf dan nahi munkar, Allah SWT
memerintahkan umat Islam untuk
melakukannya. Firman Allah SWT dalam surat (Al-Imran [3] ayat 104) yang artinya
:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Sebagai perintah Allah, sudah barang tentu jika dilaksanakan
akan menyebabkan lahirnya berbagai macam kebaikan baik di dunia maupun di
akhirat, sebaliknya jika perintah ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan
timbulnya keburukan baik di dunia maupun di akhirat.
2.
Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan tafsir dalam kajian Al-Qura’an
ini adalah:
a. Untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
b. Untuk
melatih sikap kritis dan penuh rasa ingin tahu
c. Untuk
meningkatkan keimanan kita kepada Allah
SWT
3.
Referensi
Yang Digunakan
a. Al-Qur’an
terjemahan
b. Buku
program tutorial
Alasan penulis menggunakan referensi di atas karena referensi di atas
sesuai dengan materi yang penulis butuhkan.
B.
KANDUNGAN
AYAT
1.
Isi
Surat
Ali Imran Ayat 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
2.
Terjemah
Q.S
Al-Imran :104
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
3.
Tafsir
Firman Allah “wal takum minkum ummah” yakni adanya
segolongan manusia yang bangkit untuk menjalankan perintah Allah yakni berjuang
di jalan dakwah kepada kebaikan dan menyuruh mengerjakan perbuatan yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar.
Disamping itu,
kewajiban yang disebut diatas adalah fardhu kifayah. Jika sudah ada suatu
golongan yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang
lain-lainnya. Sabda Rasulullah: “siapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah
mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan menggunakan
lisannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya (yakni tidak menyukai
perbuatan tersebut)”. Dan sesungguhnya orang-orang yang melakukan amar ma’ruf
dan nahi munkar ini adalah orang-orang yang selamat.
Jika min dalam ayat di atas (minkum) adalah min bayaniyah,
maka dakwah menjadi kewajiban setiap orang (individual), tapi jika min itu
adalah min tab’idhiyyah (menyatakan sebagian) maka dakwah menjadi kewajiban
secara kolektif atau secara organisatoris. Kedua perngertian itu dapat
digunakan sekaligus. Untuk hal-hal yang mampu dilakukan secara individual,
dakwah menjadi kewajiban individual (fardhu ‘ain), sedangkan untuk hal-hal yang
bisa dilakukan secara kolektif, maka dakwah menjadi kewajiban kolektif atau
secara organisatoris. Setiap orang wajib berdakwah, baik secara aktif maupun
secara pasif. Secara pasif dalam arti diri dan kehidupannya dapat menjadi
contoh hidup dari keluhuran dan keutamaan ajaran Islam.
4.
Asbabun
Nuzul
Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu; Suku
Aus dan Khazraj yang selalu bermusuhan turun-temurun selama 120 tahun,
permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan
Islam kepada mereka, pada akhirnya Suku Aus; yakni kaum Anshar dan Suku Khazraj
hidup berdampingan, secara damai dan penuh keakraban, suatu ketika Syas Ibn
Qais seorang Yahudi melihat Suku Aus dengan Suku Khazraj duduk bersama dengan
santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak
suka melihat keakraban dan kedamaian
mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama Suku Aus dan
Khazraj untuk menyinggung perang “Bu’ast” yang pernah terjadi antara Aus dengan
Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya
masing-masing, saling caci maki dan
mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang mendengar perestiwa tersebut
segera datang dan menasehati mereka: Apakah kalian termakan fitnah jahiliyah
itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam, dan
menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan jahiliyah?. Setelah
mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpalukan. Sungguh
peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Demikianlah
asbabun nuzul Q.S. Ali Imran ayat 104.
5.
Ayat Al-Qur’an dan Hadist Pendukung
Ayat Al-Qur’an Pendukung
Surat
At-Taubah ayat 71
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 crâßDù't Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# cqßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# cqè?÷sãur no4qx.¨9$# cqãèÏÜãur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4
y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷zy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îÍtã ÒOÅ3ym ÇÐÊÈ
71. dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Secara prinsipnya pengamal agama Islam dituntut untuk
menyampaikan kebenaran dan melarang perkara-perkara yang tidak baik (mungkar).
Hadis Rasulullah "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka
hendaklah ia ubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah
dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan
hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". (Hadis
riwayat Muslim)
Prof Hamka berpendapat bahawa asas kepada amar ma'ruf adalah
dengan cara mentauhidkan Allah dan asas nahi munkar adalah dengan mencegah
syirik kepada Allah.
Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata,”Dalam ayat ini Allah menjelaskan, Ummat Islam adalah Ummat
terbaik bagi segenap Ummat manusia. Ummat yang paling memberi manfaat dan baik
kepada manusia. Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan
kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka tegakkan hal itu dengan
jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang
sempurna bagi manusia. Ummat lain tidak
memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan
melarang semua kemunkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian
mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil-
kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang
yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan
kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini digambarkan dalam
ucapan Nabi Musa,
ÉQöqs)»t (#qè=äz÷$# uÚöF{$# spy£s)ßJø9$# ÓÉL©9$# |=tGx. ª!$# öNä3s9 wur (#rs?ös? #n?tã ö/ä.Í$t/÷r& (#qç7Î=s)ZtFsù tûïÎÅ£»yz ÇËÊÈ (#qä9$s% #ÓyqßJ»t ¨bÎ) $pkÏù $YBöqs% tûïÍ$¬7y_ $¯RÎ)ur `s9 $ygn=äzô¯R 4Ó®Lym (#qã_ãøs $yg÷ZÏB bÎ*sù (#qã_ãøs $yg÷ZÏB $¯RÎ*sù cqè=Åzºy ÇËËÈ tA$s% Èbxã_u z`ÏB tûïÏ%©!$# cqèù$ss zNyè÷Rr& ª!$# $yJÍkön=tã (#qè=äz÷$# ãNÍkön=tã U$t6ø9$# #sÎ*sù çnqßJçGù=yzy öNä3¯RÎ*sù tbqç7Î=»xî 4 n?tãur «!$# (#þqè=©.uqtGsù bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÌÈ (#qä9$s% #ÓyqßJ»t $¯RÎ) `s9 !$ygn=äzô¯R #Yt/r& $¨B (#qãB#y $ygÏù ( ó=ydø$$sù |MRr& /uur IxÏG»s)sù $¯RÎ) $oYßg»yd crßÏè»s% ÇËÍÈ
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut
kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai
Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa.
Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar
daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”.
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah
telah memberi nikmat atas keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu
gerbang (kota) itu. Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya
selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama
Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di
sini saja”. (Surat Al-Maidah : 21-24)
Demikian
pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
öNs9r& ts? n<Î) Z~yJø9$# .`ÏB ûÓÍ_t/ @ÏäÂuó Î) .`ÏB Ï÷èt/ #ÓyqãB øÎ) (#qä9$s% %cÓÉ<uZÏ9 ãNçl°; ô]yèö/$# $uZs9 $Z6Î=tB ö@ÏF»s)R Îû È@Î6y «!$# ( tA$s% ö@yd óOçFø|¡tã bÎ) |=ÏGà2 ãNà6øn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# wr& (#qè=ÏG»s)è? ( (#qä9$s% $tBur !$uZs9 wr& @ÏG»s)çR Îû È@Î6y «!$# ôs%ur $oYô_Ì÷zé& `ÏB $tRÌ»tÏ $uZͬ!$oYö/r&ur (
$£Jn=sù |=ÏGä. ãNÎgøn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# (#öq©9uqs? wÎ) WxÎ=s% óOßg÷ZÏiB 3
ª!$#ur 7OÎ=tæ úüÏJÎ=»©à9$$Î/ ÇËÍÏÈ
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil
(sesudah Nabi Musa wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka,
“Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya)
di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti
diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami
tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari
kampung halaman kami dan dari anak-anak kami”. Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja
diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim”.
(Al-Baqarah:246).
Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta
anak-anak mereka. Sudah demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah.
Sehingga tidak dihalalkan bagi mereka harta rampasan perang. Demikan juga tidak
boleh mengambil budak-budak tawanan perang”. (Ibnu Taimiyah, Al-Amru bil Ma’ruf
wan Nahyi ‘Anil Munkar, hal 34. Kitab ini telah diterjemahkan oleh al-Akh Abu
Ihsan dengan judul yang sama, diterbitkan Pustaka at-Tibyan, Solo).
Demikianlah anugerah Allah kepada Ummat Islam. Dia
menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah.
Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah ,
tûïÏ%©!$# cqãèÎ7Ft tAqߧ9$# ¢ÓÉ<¨Z9$# ¥_ÍhGW{$# Ï%©!$# ¼çmtRrßÅgs $¹/qçGõ3tB öNèdyYÏã Îû Ïp1uöqG9$# È@ÅgUM}$#ur NèdããBù't Å$rã÷èyJø9$$Î/ öNßg8pk÷]tur Ç`tã Ìx6YßJø9$# @Ïtäur ÞOßgs9 ÏM»t6Íh©Ü9$# ãPÌhptäur ÞOÎgøn=tæ y]Í´¯»t6yø9$# ßìÒtur öNßg÷Ztã öNèduñÀÎ) @»n=øñF{$#ur ÓÉL©9$# ôMtR%x. óOÎgøn=tæ 4 úïÏ%©!$$sù (#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ¨tãur çnrã|ÁtRur (#qãèt7¨?$#ur uqZ9$# üÏ%©!$# tAÌRé& ÿ¼çmyètB y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÎÐÈ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di
sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban
dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
(Surat Al- A’raaf : 157).
Kemudian Allah menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi
tugas utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan
Ummat ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya,
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan Ummat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (Al-Imron:104)
Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik zaman
ataupun tempat. Meliputi seluruh ummat dan bangsa, dan terus bergerak dengan
jihad dan penyampaian ke seluruh belahan dunia. Tugas ini telah diemban Ummat
Islam sejak masa Rasulullah sampai sekarang hingga hari kiamat nanti.
C.
KESIMPULAN
dan SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Sesuai dengan ayat yang dikaji, bahwa harus adanya beberapa dari segolongan
orang muslim yang menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Jika ada suatu golongan
yang melaksanakan, maka gugurlah kewajiban bagi golongan yang lainnya.
2.
Kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar ini sesungguhnya adalah kewajiban asasi
dalam Islam. Umat Islam wajib melakukan hal ini karena ia merupakan baju
pelindung bagi syiar-syiar lainnya. Bagi siapa saja yang mau mempelajari
Al-Quran dan As-Sunnah, akan menemukan perintah ini dikemukakan berulang-ulang.
Ada yang diungkapkan dalam bentuk perintah, berita dan ada dalam bentuk
ancaman. Banyaknya ayat dan hadis tentang masalah ini menunjukkan bahwa
kewajiban itu lebih jelas dan terang dari terangnya sinar fajar. Allah SWT
berfirman:
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4
ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
“Kamu
adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah,” (Ali Imran:
110)
3
Tingkatan nahi munkar, diantaranya adalah memberi penerangan, melarang dengan
memberi nasihat, melarang dengan kekerasan, kemudian melarang dengan kekuasaan.
2.
Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis merumuskan saran
sebagai berikut:
1. Hendaknya
setiap orang memiliki keinginan untuk menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar.
Meskipun hanya satu ayat maka sampaikanlah.
2. Senantiasalah
sabar dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Karena dalam pelaksanaannya
sering kali dihadapkan pada suatu kendala.
3. Sampaikanlah
amar ma’ruf nahi munkar secara bertahap. Karena seseorang tidak dapat menerima
begitu saja perintah dari seseorang.
4. Yakinlah
bahwa Allah SWT akan senantiasa membimbing kita ke jalan yang Insya Allah,
Allah ridhoi.